Senin, 03 Agustus 2015

Laporan Praktikum Mikrobiologi Pangan, pembuatan ragi tape dan inokulum tempe


LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN

PEMBUATAN RAGI TAPE DAN INOKULUM TEMPE








OLEH:
Aghnia Faza                1306725
Achmad Leksono        1105913
Arifah Putrining A.     1306836
Vina Oktapiani            1300649
Yanuar Irfan R.           1301424
Yanni Handayani        1306681

Kelompok 2


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014

I.              TEORI
A.    Ragi Tape
Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah starter untuk membuat tape ketan atau tape singkong.  Beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain.
Umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi bahan yang digunakan pada umumnya tetap menjadi rahasia setiap pengusaha ragi. Ragi panen setelah 2-5 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Produk akhir akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diiharapkan maupun kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Namun demikian pada ragi yang dibuat pada musim hujan akan dikeringkan sempai Tape tersebut benar-benar jadi.

B.     Tepung Beras
Tepung beras terdiri dari tepung beras pecah kulit dan tepung beras sosoh. Tepung beras banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun dan bakmi, macaroni, aneka snacks, aneka kue kering (“cookies”), biscuit, “crackers”, makanan bayi, makanan sapihan untuk Balita, tepung campuran (“composite flour”) dan sebagainya. Tepung beras juga banyak digunakan dalam pembuatan “pudding micxture” atau “custard”. Makanan bayi yang terbuat dari tepung beras,  sudah dapat diberikan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, sedangkan kepada bayi yang berumur 5 bulan dapat diberikan dalam bentuk nasi tim. Standar mutu tepung beras ditentukan menurut Standar Industri Indonesia (SII). Syarat mutu tepung beras yang baik adalah : kadar air maksimum 10%, kadar abu maksimum 1%, bebas dari logam berbahaya, serangga, jamur, serta dengan bau dan rasa yang normal. Di Amerika, dikenal dua jenis tepung beras, yaitu tepung beras ketan dan tepung beras biasa. Tepung ketan mempunyai mutu lebih tinggi jika digunakan sebagai pengental susu, pudding dan makanan ringan. Proses pembuatan tepung beras dimulai dengan penepungan kering dilanjutkan dengan penepungan beras basah (beras direndam dalam air semalam, ditiriskan, dan ditepungkan). Alat penepung yang digunakan adalah secara tradisional (alu, lesung, kincir air) dan mesin penepung (hammer mill dan discmill).

C.     Jahe (Zingiber of ficinale L.)
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1.      Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak.
2.      Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.
3.      Jahe merah.
Kandungan Kimia. Rimpang jahe mengandung 2 komponen, yaitu:
1.      Volatile oil (minyak menguap)
Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang  khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin menyengat.
2.      Non-volatile oil (minyak tidak menguap)
Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit, mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa pedas kurang karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau dengan mesin mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang dihasilkan.
Senyawa fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe, sedangkan senyawa terpenoida adalah merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau, dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan minyak atsiri. Monoterpenoid merupakan biosintesa senyawa terpenoida, disebut juga senyawa “essence” dan memiliki bau spesifik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolitik, sedative, dan bahan pemberi aroma makanan dan parfum. Senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan fenolik, flavanoiada, terpenoida dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe diduga merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Kemampuan jahe sebagai antioksidan alami tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya, dimana jahe memiliki kadar fenol total yang tinggi dibandingkan kadar fenol yang terdapat dalam tomat dan mengkudu. Gingerol dan shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe.

D.    Bawang Putih (Allium Sativum)
Bawang putih merupakan umbi yang dapat dimakan, merupakan tumbuhan yang termasuk dalam lily family (lilliaceace), berwarna putih susu, yang dapat ditemukan di berbagai negara di dunia. Bawang putih sudah dikenal selama ribuan tahun sebagai tanaman obat, bahkan tercatat dalam sejarah di Yunani dipergunakan oleh seorang dokter yang bernama Galen (130-200 A.D) dan disebut sebagai obat yang sangat mujarab. Satu siung bawang putih mengandung sekitar 0.2 g protein, 0.01 g lemak, kira-kira 0.001 mg karbohidrat, 0.05 g serat, vitamin A, B1, B2, B3 dan C. Mineral yang terkandung dalam bawang putih adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Besi, Magnesium, dan Zinc. Sedangkan selenium dan germanium hanya didapatkan apabila bawang putih ditanam dalam tanah yang tepat.
Bawang putih mengandung kadar Sulfur yang tinggi, barangkali merupakan sumber sulfur yang tertinggi dari tanaman. Unsur kimia dari bawang putih merupakan senyawa yang mengandung sulfur, termasuk allicin, diallyl disulfide dan diallyl trisulfide, semua merupakan minyak yang mudah menguap (volatil), serta S-allyl cysteine (SAC), asam amino yang larut dalam air. Penggunaan bawang putih yang terbanyak adalah sebagai makanan pelengkap
yaitu suatu produk yang mengandung vitamin, mineral, tumbuh-tumbuhan, asam amino, enzim, dan/atau zat lain yang ditujukan untuk melengkapi diet sehari-hari.
Bawang putih juga digunakan untuk mencegah beberapa jenis kanker, termasuk kanker lambung dan kolon. Siung bawang putih dapat dimakan mentah ataupun dimasak. Dapat dikeringkan ataupun digiling menjadi bubuk sehingga dapat dijadikan tablet ataupun kapsul. Siung bawang putih mentah dapat digunakan untuk membuat minyak dan ekstrak liquid.
Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya cukup tinggi, yaitu antara 63 ml – 90 ml, sedangkan komponen utamanya berupa protein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk kelangsungan hidupnya. Disamping itu, sebagian besar bawang mengandung zat-zat seperti : kalsium, besi serta unsur kimia lainnya : bahkan jenis bawang tertentu  mengandung vitamin A dan serat (crude fibre). Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya, alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk di antaranya adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah. Data epidemiologis juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara konsumsi bawang putih dengan penurunan penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan hipertensi.

E.     Kayu Manis ( Cinnamomum burmani)
Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9–12 cm dan lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua.
Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah cinnaldehida 60–70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl-benzoat, phelandrene dan lain–lainnya. Kadar eugenol rata–rata 80–66%. Dalam kulit masih banyak komponen–komponen kimiawi misalnya: damar, pelekat, tanin, zat penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin dan cinnzelanol, cumarin dan sebagainya. Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, damar dan zat penyamak.

F.      Lada
Lada merupakan tanaman rempah yang sudah lama ditanam di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Ghats-Malabar India dan di negara asalnya terdapat tidak kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di Indonesia terdapat tidak kurang dari 40 varietas. Adapun varietas lada yang banyak dikembangkan di Indonesia antara lain: Jambi, Lampung, Bulok Belantung, Muntok atau Bangka. Di alam sendiri mungkin sudah terjadi evaluasi perkayaan plasma nutfah lada sebagai akibat mutasi alami yang mungkin saja dapat timbul dalam upaya penyesuaian diri (aklimatisasi) dengan keadaan lingkungan daerah penanamannya.
Kandungan kimia dari buah lada adalah minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin, limonen, alkaloida piperina dan kavisina.



G. Cabe Rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Cabai rawit digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan obat. Secara umum buah cabai rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, oleoresin, flavanoid dan minyak esensial. Kandungan tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masak, ramuan obat tradisional, industri pangan dan pakan unggas.
Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor dan besi), vitamin A, B1, B2 dan C. Cabai rawit mengandung zat oleoresin dan zat aktif capsaicin yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit rematik, obat batuk berdahak, sakit gigi, masuk angin, asma serta mencegah infeksi sistem pencernaan. Cabai rawit banyak digunakan sebagai bumbu dapur seperti sambal, saus, asinan dan produksi makanan kaleng. Selain digunakan sebagai penyedap masakan, juga dapat digunakan untuk industri pewarna bahan makanan, bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman.

            H. Inokulum
                 Inokulum adalah kultur mikrobia yang diinokulasikan kedalam medium pada saat kultur mikrobia tersebut pada fase pertumbuhan. Pada percobaan ini akan dicoba tentang penggunaan inokulum pada proses fermentasi tempe. Dalam pertumbua tempe dikenal beberapa macam inokulum yang digunakan. Inokulum yang sejak lama dikenal dan digunakan oleh para pengrajin tempe adalah inokulum yang disebut usar.Secara tradisional usar dibuat dengan spora kapang dan udara, udara tumbuh pada kedelai matang yang ditangkup diantara dua lapis daun waru (Hibiscus sp) dan daun sejati (Tectona grandis). Miselium Rhizopus oryzae jauh lebih panjang dari pada Rhizopus oligosporus. Disamping itu, dengan teliti telah mulai diperkenalkan dan diterapkan inokulum tempe dalam bentuk bubuk, seperti inokulum tempe dalam bentuk dikeluarkan oleh LIPI.
Inokulum tempe disebut juga sebagai starter tempe dan banyak pula yang menyebut dengan ragi tempe. Meskipun dalam istilah ilmiah ragi dimaksudkan sebagi inokulum untuk pembuatan tapai, tetapi dikalangan masyarakat umumnya ragi diartikan sebagai agensia pengubah suatu bahan menjadi produk melalui proses fermentasi. Starter tempe adalah bahan yang mengandung biakan jamur tempe, digunakan sebagai agensia pengubah kedelai rebusmenjadi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe pada kedelai dan melakukan kegiatan fermentasi yang menyebabkan kedelai berubah karakteristiknya menjadi tempe.

II.           TUJUAN
1.    Agar mahasiswa mampu membuat inokulum tempe dari  tempe kedelai dengan campuran beras.
2.    Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan ragi tape.

III.             ALAT DAN BAHAN
Alat
 Erlenmeyer,  mortar,  kertas saring, kompor, panci.
Bahan
kayu manis, tepung beras, bawang putih, aquades, ragi pasar
beras, tempe, PDA

IV.        PROSEDUR KERJA
A.      Pembuatan Ragi Tape
Cara A
1.    Melarutkan 5 gram ragi pasar dalam 20 ml aquades, kocok sampai terbentuk suspensi.
2.    Mencampurkan 95 gram tepung beras dengan beberapa bumbu yang dihaluskan seperti jahe, bawang putih, kayu manis, lada, cabe rawit sebanyak 5 gram, mengaduk sampai rata.
3.    Menambahkan suspensi ragi pasar sebanyak 5 ml sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan.
4.    Membentuk bulat pipih lalu menyimpan di atas baki berisi alas kertas.
Cara B
1.    Menghaluskan 5 gram bawang putih lalu menambahkan 10 ml air suling, menyaring lalu mengambil filtratnya.
2.    Mencampurkan 100 gram tepung beras, filtrat air bawang dan 5 ml suspensi ragi pasar, mengaduk sampai terbentuk adonan.
3.    Membuat bulatan pipih lalu menyimpan di atas baki berisi alas kertas.
Melakukan prosedur selanjutnya untuk cara A dan B :
1.      Menginkubasi ragi tape pada suhu kamar 2-3 hari.
2.      Melakukan proses pengeringan di oven suhu 40oC.
3.      Mengamati populasi mikroorganisme pada ragi tape a dan b dan ragi tape pasar dengan media na pengenceran 10-4 dan 10-5.
 
B.       Pembuatan Inokulum Tempe
Pembuatan inokulum tempe skala lab
1.         Memasukkan 15 gram beras ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu menambahkan air dengan perbandingan 1 : 1
2.         Melakukan proses sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit.
3.         Setelah dingin, menginokulasikan spora kapang atau tempe pasar, untuk setiap 15 gram substrat ditambahkan 0,15 ml suspensi spora kapang atau 15 mg inokulum tempe pasar.
4.         Mengaduk dan menyimpan pada wadah alumunium steril.
5.         Lalu melakukan proses inkubasi pada suhu 30oC selama 3 hari lalu menaikkan suhu menjadi 40oC selama 3-4 hari sampai inokulum mengering lalu menghancurkan inokulum menggunakan belender. 





V.            HASIL PENGAMATAN
A.    Ragi Tape Cara A
Pengenceran (Media NA)
Jumlah Koloni (koloni/ml)
10-4
14
10-5
9

B.     Ragi Tape Cara B
Pengenceran (Media NA)
Jumlah Koloni (koloni/ml)
10-4
2 koloni besar
10-5
20

C. Pembuatan Inokulum Tempe
Hasil setelah inkubasi pada suhu 40 selama 4 hari
Warna
Putih kekuningan
Tingkat kekeruhan
++++ (penuh dengan filamentus mold)
Jumlah spora
Tidak terlihat
Aroma
Seperti aroma tape, bau alkohol menyengat
Tekstur
Lunak

Hasil setelah pengeringan dan diblender
Warna
Krem
Aroma
Seperti bau brem
Tekstur
Berupa tepung, lembut




VI.         PEMBAHASAN
Nama  : Aghnia Faza                        Tanggal Praktikum : 10 Maret 2014
NIM    : 1306725                                Tanggal Laporan    : 24 Maret 2014
Judul Praktikum: Pembuatan Ragi Tape dan Inokulum Tempe

Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah starter untuk membuat tape ketan atau tape singkong. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang) , yaitu  Rhizopus Aspergillus, Mucor, Amylomyce, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus,  Acetobacter ,dan sebagainya. Namun mikroorganisme yang biasanya terdapat pada ragi tape ini adalah Saccharomyces cereviceae. Saccharomyces merupakan sel khamir yang berbentuk bulat, oval atau memanjang, dan mungkin membentuk pseuodomiselium. Saccharomyces dapat mengubah glukosa menjadi alcohol dan menghasilkan CO2.
Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel maupun dalam bentuk sporanya. Penghentian pertumbuahn mikroba tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium tumbuhnya.
Pada pratikum kali ini, kami menggunakan bumbu seperti jahe, bawang putih, dan kayu manis. Peranan bumbu dalam ragi tape diduga akan mempengaruhi keadaan dan sifat beras sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba tertentu. Kayu manis , jahe dan bawang putih ini selain sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme lain juga berfungsi sebagai penghambat anti mikroba. Banyaknya jenis bumbu yang digunakan dalam pembuatan ragi tape menyebabkan populasi mikroba sangat beragam. Oleh sebab itu sulit mempertahankan kestabilan aktivitas ragi tape tersebut. Ragi biasanya mengandung Mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir.
Pada pratikum kali ini, kami melakukan pembuatan ragi tape dengan cara A, yaitu pertama yang harus di lakukan adalah melarutkan 5 gram ragi pasar dalam 20 ml aquades, kocok sampai terbentuk suspensi. Lalu setelah itu mencampurkan 95 gram tepung beras dengan beberapa bumbu yang dihaluskan seperti jahe, bawang putih, kayu manis, lada, cabe rawit sebanyak 5 gram, mengaduk sampai rata. Lalu selanjutnya tambahkan suspensi ragi pasar sebanyak 5 ml sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan. Lalu yang terakhir membentuk bulat pipih lalu menyimpan di atas baki berisi alas kertas.  Dan ketika semua itu sudah selesai, maka yang terakhir adalah Menginkubasi ragi tape pada suhu kamar 2-3 hari. Lalu proses pengeringan di oven dengan suhu  40oC. Dan setelah itu di amati dengan media Na pengenceran 10-4 dan 10-5
Setelah di amati pada ragi Tape cara A pada pengenceran 10-4 di dapat jumlah koloni yaitu 14 dan pada pengenceran 10-5 di dapat jumlah koloni yaitu 9. Dan pada ragi Tape cara B pada pengenceran 10-4 di dapat jumlah 2 koloni besar dan pada pengenceran 10-5 di dapat jumlah koloni yaitu 20.  Pada pembuatan inokulum tempe hasil setelah inkubasi pada suhu 40 selama 4 hari di dapat, warna putih kekuningan, tingkat kekeruhan ++++ (penuh dengan filamentus mold), jumlah sepora tidak terlihat, aroma seperti aroma tape, bau alkohol menyengat, teksturnya lunak. Hasil setelah pengeringan dan diblender, di dapat warna krem, aroma seperti aroma brem dan teksturnya berupa tepung lembut.

KESIMPULAN :
-          Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada ragi tape ini adalah Saccharomyces cereviceae.
-          Banyaknya jenis bumbu yang digunakan dalam pembuatan ragi tape menyebabkan populasi mikroba sangat beragam
-          Kayu manis , jahe dan bawang putih ini selain sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme lain juga berfungsi sebagai penghambat anti mikroba.
-          Pada ragi Tape cara A pada pengenceran 10-4 di dapat jumlah koloni yaitu 14 dan pada pengenceran 10-5 di dapat jumlah koloni yaitu 9.
-          Pada ragi Tape cara B pada pengenceran 10-4 di dapat jumlah 2 koloni besar dan pada pengenceran 10-5 di dapat jumlah koloni yaitu 20.
DAFTAR PUSTAKA



Nama  : Achmad Leksono C.S.R     Tanggal Praktikum : 10 Maret 2014
NIM    : 1105913                                Tanggal Laporan    : 24 Maret 2014
Judul Praktikum: Pembuatan Ragi Tape dan Inokulum Tempe

A.    Pembuatan Inokulum Tempe
Pada laporan bagian pembahasan ini, saya akan membahasa tentang Praktikum pembuatan Inokulum Tempe, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2014.
Tempe yang biasa dikenal sebagai tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai (Kasmidjo, 1990). Tempe mempunyai ciri-ciri putih, tekstur kompak. Pada dasarnya cara pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam, penghilangan kulit, perebusan, penirisan, pendinginan, inokulasi dengan ragi tempe, pengemasan, inkubasi dan  pengundukan hasil (Rahayu, 1988). Tahapan proses yang melibatkan jamur dalam pembuatan tempe adalah saat inokulasi atau fermentasi.
Kualitas tempe amat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan untuk inokulasinya. Inokulum tempe disebut juga sebagai starter tempe, dan pada umumnya, menyebutkan dengan nama ragi tempe. Pada praktikum kali ini, kelompok kami melakukan praktkum pembuatan inokulum tempe. Inokulum itu bagian yang terpenting saat proses fermentasinya tempe. Dan inokulum tempe ini bisa juga dibilang sebagai kumpulan spora kapang tempe yang digunakan sebagai bahan pembibitan dalam pembuatan tempe.
Hasil daripada pengamatan praktikum pembuatan inokulum tempe ini bisa dilihat pada bagian hasil pengamatan diatas. Disini saya hanya akan membahas sedikit tentang hasil pengamatan tersebut.
Inokulum tempe setelah dilakukan penyimpanan selama 4 hari setelah praktikum, terlihat secara kasat mata bahwa warna yang diperlihatkan berwarna putih kekuningan. Lalu aroma yang dihasilkan memang benar-benar aroma khas yang menyerupai wangi tape sebenarnya, dan sedikit tercium bau alkohol. Saat kami hendak melakukan penghitungan jumlah spora, tak terlihat sama sekali spora yang tampak. Namun tingkat kekeruhannya tinggi, penuh dengan filamentus mold. Dan inokulum kelompok kami memiliki tekstur yang lunak.
Hasil setelah dilakukan pengeringan dan blender, warna yang dihasilkan adalah warna krem. Aroma yang kami cium seperti aroma yang dihasilkan oleh brem. Dan terakhir, teksturnya lembut dan berupa tepung.

B.     Pembuatan Ragi Tape
Pada hari yang sama pula kami melakukan praktikum pembuatan ragi tape, 10 Maret 2014.
Di negeri kita ini, tape merupakan salah satu makanan tradisional. Umunnya tape terbuat dari beras, beras ketan atau dari singkong. Pembuatan tape ini melibatkan banyak mikroorganisme.
Pada pembuatan ragi tape di praktikum ini, kami membuatnya dengan dua cara, yaitu Cara A dan Cara B. lebih detil tentang hasil pengamatan, bisa dilihat di bagian hasil pegamatan diatas.
Untuk pembuatan ragi tape cara A, saat pengenceran (media NA) di 10-4, terhitung jumaah koloni/ml ada 14. Lalu di pengenceran (media NA) di 10-5, terhitung jumlah koloni yang ada 9.
Dapat disimpulkan bahwa, lamanya pengenceran akan sangat memengaruhi jumlah koloni yang dihasilkannya.
Terakhir, pada pembuatan ragi tape Cara B, pada pengenceran (media NA) 10-4, jumlah koloni/ml yang terhitung ada 2, namun ini merupakan 2 koloni besar dibandingkan dengan yang lainnya.  Lalu untuk pengenceran (media NA) 10-5, terhitung jumlah koloni/ml ada 20.

VII.      KESIMPULAN

·         Tempe dan Tape, merupakan makanan khas tradisional di Indonesia, yang sampai sekarang sangat digemari oleh penduduknya;
·         Kapang jenis Rhizopus oryzae dan Rhizopus oliguosporogus, adalah satu dari banyak jenis kapang lainnya yang sangat berperan pada pembuatan tempe;
·         Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada inoklum tape adalah Saccharomyces cereviceae.
·         Ragi tape dibuat dengan bahan baku beras atau tepung beras;

VIII.       DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Herudiyanto, Marleen. 2006. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Jatinangor




Nama  : Arifah Purining A.             Tanggal Praktikum : 10 Maret 2014
NIM    : 1306836                                Tanggal Laporan    : 24 Maret 2014
Judul Praktikum: Pembuatan Ragi Tape dan Inokulum Tempe

Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya.
Pembuatan inokulum dengan menggunakan tipe A dan B menggunakan tepung beras yang bertujuan untuk menyediakan nutrien dan media untuk pertumbuhan mikroba. Tepung terigu merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung pati, sehingga cocok untuk digunakan dalam pembuatan inokulum tape.
Tipe A menggunakan kayu manis karena mengandung senyawa zat anti mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan dan menstimulir dan memberi nutrisi terhadap mikroorganisme. Begitupula dengan tipe B yang menggunakan bawang putih karena bawang putih merupakan senyawa antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorgnaisme yang tidak diinginkan dan menghambat mikroorganisme kontaminan sehingga mikroba yang tumbuh pada media NA tidak terlalu banyak. Pada bawang putih memiliki senyawa antimikroba yang disebut  allicin. Dari berbagai literatur diketahui bahwa senyawa Allicin yang dapat  menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk pada daging seperti Staphylococcus  aureus, dan Escherichia coli.
Penambahan rempah yang berbeda juga memberikan perbedaan terhadap warna dan aroma. Ragi yang ditambahi kayu manis aromanya wangi dan berwarna agak kecoklatan. Sementara itu, ragi yang ditambah bawang putih warnanya putih dan aromanya kurang mencolok.

VII.     KESIMPULAN
            Mikroorganisme yang biasanya terdapat pada inokulum tape ini adalah Saccharomyces cereviceae. Tepung terigu  yang digunakan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung pati, sehingga cocok untuk digunakan dalam pembuatan inokulum tape. Hasil pengamatan, menunjukkan bahwa penambahan rempah-rempah bawang putih lebih bersifat antimikroba pada ragi tape dibandingkan dengan kayu manis.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
 Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Schlegel, Hans G. dan Karin Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.




Nama  :Vina Oktapiani S                 Tanggal Praktikum   : 10 Maret 2014
NIM    : 1300649                                Tanggal Laporan      : 24 Maret 2014
Judul Praktikum : Pembuatan Ragi Tape dan Inokulum Tempe

Produk fermentasi selain tape adalah tempe, tempe sangat digemari di Indonesia kerana harga yang terjangkau dan bergizi cukup tinggi karena tempe berasal dari kacang kedelai. Setiap fermentasi memerlukan berbagai mikroorganisme dan termasuk pada pembuatan inokulasi tempe ini. Mikroorganisme yang digunakan adalah jenis kapang dan jenis kapang yang berperan utama dalam pembuatan tempe adalah R. Oligosporus(Koswara : 1995).
Tempe dapat dibuat dari kedelai atau beras, karena kedua bahan pokok tersebut mengandung karboridrat (pati) yang  tinggi dan sangat berpengaruh pada proses fermentasi yang mengubah pati menjadi glukosa. Ada dua tipe pembuatan yaitu skala rumah tangga dan skala lab, dalam praktikum ini kami menggunakan skala lab dengan cara 15gram beras yang dicampurnya dengan air dengan perbandingan 1:1 didalam elermayer. Lalu sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit bertujuan untuk mensterilkan beras tersebut karena beras tersebut akan dijadikan sebagai media aktivitas mikroorganisme (kapang) oleh karena itu media harus steril untuk mencegah kontaminasi. Setelah sterilisasi dan dingin campurkan 15 gram substrat dan 15 mg inokulum tempe pasar, lalu aduk dan inokulasi selama 3-4 hari pada suhu 30° dan naikan suhu menjadi 40°C selama 3-4 hari, setelah campuran tersebut kering, haluskan dengan blender dan saring hingga menjadi tepung.
Setelah menjadi tepung inokulum tempe, amati sifat sensori waitu warna, warna tepung putih kekuningan karena warna kuning berasal dari warna beras yang sudah mengalami penguniangan saat proses penyimpanan. Tingkat kekeruhan ++++, tepung berwarna keruh karena  penuh dengan kapang. Jumlah spora tidak terlihat karena berbentuk tepung, aroma tepung wangi khas tape.
Kesimpulan :
a.       Tempe adalah bahan pangan hasil fementasi yang sangat di gemari oleh masyarakat di Indonesia
b.      Fementasi membutuhkan mikroorganisme yaitu kapang R. Oligosporus
c.       Pada proses fermentasi yang mengubah pati menjadi glukosa
d.      Inokulum tempe ini dijadikan tepung dan terdapat kapang sehinggga menyebabkan warna tepung menjadi keruh
e.       Kapang membentuk spora dalam tepung tetapi spora tidak terlihat

Daftar Pustaka
 http://pratama45.wordpress.com/2012/10/15/inokulum-tempe/




Nama  : Yanni Handayani                Tanggal Praktikum   : 10 Maret 2014
NIM    : 1306681                                Tanggal Laporan      : 22 Maret 2014
Judul Praktikum: Pembuatan Ragi Tape dan Inokulum Tempe
Pembuatan Ragi Tape
            Berdasarkan hasil praktikum pembuatan ragi tape dengan menggunakan dua cara yaitu cara langsung dengan mencampurkan bahan-bahan pembuatan dan cara tidak langsung dengan menggunakan salah satu filtrat dari bahan yang digunakan, dan kemudian mengamati pertumbuhan mikroorganisme dengan metode pengenceran pada media Natrium Agar  didapatkan hasil pada masing-masing metode pembuatan ragi, media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme positif ditumbuhi mikroorganisme. Ragi yang dibuat ditambah dengan suspensi ragi pasar yang sudah jadi, hal ini dimaksudkan ragi pasar sebagai starter pada pembuatan ragi tersebut.
Pada metode A pembuatan ragi ditambahi dengan beberapa rempah-rempah seperti jahe, bawang putih, kayu manis, lada, dan cabai rawit. Penambahan beberapa jenis rempah-rempah tersebut dimaksudkan sebagai antimikroba, karena rempah-rempah memiliki kandungan antimikroba. Pada metode B dilakukan cara yang berbeda yaitu bawang putih yang telah dihaluskan kemudia disaring untuk diambil filtratnya, lalu kemudian disatukan dengan tepung beras dan suspensi ragi pasar. Bawang putih yang digunakan juga berfungsi sebagai zat antimikroba pada pembuatan ragi tersebut.
Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. Bberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain.
Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme yangberperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan ini dilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel maupun dalam bentuk sporanya. Penghentian pertumbuhan mikroba tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium tumbuhnya.
Untuk mengetahui jumlah mikrooganisme yang terdapat dalam ragi, dilakukan inokulasi ragi yang telah dibuat pada media Nutrient Agar (NA) dengan metode pengenceran dan metode tuang. Proses pengenceran dari 10-1 sampai 10-5 dan menginokulasikan sampel pengenceran 10-5 pada media disebut dengan pengenceran bertingkat. Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Media NA yang dipilih karena media NA merupakan media umum yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Pada saat praktikum digunakan cara tuang (pour plate) yaitu sampel terlebih dahulu dituang pada cawan petri baru kemudian ditambahkan media, sehingga mikroorganisme tumbuh di permukaan dan di dalam media. Berbeda hal nya dengan cara spread plate, media telebih dahulu dituang pada cawan petri dan ditunggu hingga memadat baru kemudian sampel diteteskan pada media tesebut hingga mikroorganisme hanya tumbuh pada permukaan media. Sebelum sampel diinokulasikan pada media, terlebih dahulu sampel dilarutkan dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis yang telah distrelikan. Larutan NaCl fisiologis 0,85% (0,85 gram dalam 100 ml) ini digunakan untuk melarutkan sampel, dengan menggunakan larutan ini maka mikroorganisme dalam sampel akan hidup dengan nyaman karena tekanan osmotik mikroorganisme tesebut dengan larutan fisiologis ini sama. Sedangkan konsentrasi dari larutan ini yaitu disesuaikan dengan cairan tubuh dan cairan sel manusia.
Hal penting yang harus diperhatikan pada saat praktikum dilakukan yaitu semua alat dan bahan yang akan digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme harus disterilkan terlebih dahulu. Kemudian saat pengerjaan harus dengan teknik aseptik yaitu selalu dekat dengan api, karena kontaminasi dapat berasal dari berbagai hal. Tujuan dari teknik aseptik ini yaitu untuk meyakinkan bahwa mikroorganisme yang tumbuh pada media sepenuhnya berasal dari sampel. Meskipun hal tersebut tidak bisa terjamin sepenuhnya, namun dengan teknik aseptik yang dilakukan berarti sudah melakukan salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi tersebut.
Setelah diinkubasi selama tiga hari pada suhu 30 yang merupakan suhu efektif pertumbuhan mikroorganisme, kemudian suhu dinaikkan menjadi 40 yang merupakan suhu pertumbuhan kapang dan khamir. Hasil pengamatan menunjukkan mikroorganisme tumbuh berupa sel khamir, hal ini menujukkan bahwa ragi yang dibuat mengandung khamir yaitu Saccharomyces cereviceae. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 lebih banyak dibanding jumlah koloni pada pengeceran 10-5, hal ini menandakan proses pengenceran bertingkat berlangsung karena terjadi pengurangan jumlah mikroorganisme yang telah diamati.
Inokulum Tempe
Pada saat praktikum inokulum tempe dibuat dalam skala laboratorium, yaitu dengan menggunakan beras yang telah dicampur dengan air kemudian disterilisasi pada autoklaf dan ditambahkan inokulum tempe yang sudah jadi dan kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu yang telah ditentukan.
Pemilihan beras sebagai bahan baku, karena beras merupakan salah satu sumber karbohidrat tinggi. Beras tersusun atas pati, pati beras terdiri dari molekul-molekul besar yang tersusun atau dirangkai dari unit-unit gula sederhana berupa glukosa. Rangka lurus disebut amilosa dan rangka bercabang disebut amilopektin. Kandungan pati yang tinggi menyebabkan beras dapat menghasilkan enzim protoelitik dalam jumlah besar. Enzim ini akan berperan dalam proses fermentasi dalam pembuatan tempe. Disebutkan oleh Rahman (1992) bahwa inokulum bubuk substrat beras yang menggunakan starter tempe pasar, mempunyai aktivitas proteolitik yang lebih tinggi dibandingkan inokulum dengan kultur kapang Rhizopus sebagai starter.
Inokulum yang dibuat merupakan sebuah starter yang akan berperan penting dalam proses fermentasi. Inokulum tempe berarti merupakan starter yang akan digunakan dalam pembuatan tempe. Proses pembuatan tempe merupakan salah satu proses fermentasi oleh kapang Rhizopus sp pada kedelai sehingga membentuk massa yang padat dan kompak. Jenis inokukum atau starter yang digunakan umumnya berupa ragi berbentuk bubuk, dengan mikroba yang berperan berupa kapang.
Pada saat praktikum beras yang telah diberi air terlebih dahulu disterilkan dengan menggunakan autoklaf, hal ini dilakuan untuk membunuh mikroorganisme sehingga mikroorganisme yang ada pada inokulum hanya berasal dari inokulum pasar yang ditambahkan setelah sterilisasi.  Umumnya, kebanyakan kapang membutuhkan aw minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Sebagian besar kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amilase, pektinase, proteinase, dan lipase. Oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein atu lipid seperti pada beras yang dijadikan sebagai bahan baku.
Setelah diamati, inokulum tempe yang dihasilkan berwarna putih kekuningan dengan dipenuhi oleh flamentus mold dan jumlah spora tidak terlihat, serta aroma identik dengan aroma tape atau alkohol. Setelah diinkubasi selama empat hari, inokulum tempe yang dihasilkan juga dikeringkan dengan oven. Hal ini bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung di dalamnya, karena inokulum tempe kemudian akan dijadikan tepung.
KESIMPULAN
1.      Pembuatan ragi baik cara A dan cara B setelah diinokulasikan pada media Nutrient agar dan diinkubasi selama tiga hari media ditumbuhi mikroorganisme berupa khamir Saccharomyces cereviceae.
2.      Inokulum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke dalan medium fermentasi pada saat kultur mikroba tersebut berada dalam fase pertumbuhan eksponensial.
3.      Inokulum tempe berhasil dibuat menjadi bentuk bubuk atau tepung, namun kefektifannya masih perlu diujikan dengan langsung mengaplikasikannya untuk pembuatan tempe.
4.      Inokulum memegang peranan penting dalam proses fermentasi sebagai inisiator.
5.      Mikroorganisme yang berperan pada inokulum tempe berupa kapang yaitu Rhizopus sp.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiati Agustine, dkk. 2010. Mikrobiologi. Bogor: Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Pelczar, Michael J., dan E.C.S. Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Rahman, Ansori. Pengantar Teknologi Fermentasi. 1992. PAU pangan dan gizi IPB. Bogor.
Nama  : Yanuar Irfan                       Tanggal Praktikum   : 10 Maret 2014
NIM    : 1301424                                Tanggal Laporan      : 24 Maret 2014
Judul Praktikum : Pembuatan Ragi Tape dan Inokulum Tempe

inokulum tape dan tempe
Inokulum adalah sediaan yang mengandung jasad renik tertentu yang memiliki kegiatan/sifat yang khas untuk dibiakkan pada suatu media atau bahan tertentu; contoh: ragi tempe dan ragi tape. Ragi tape dan ragi tempe merupakan bahan utama dan bahan paling penting dalam proses pembuatan makanan.
1. ragi tape
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman-minuman beralkohol lainnya. Ragi dipanen setelah 2-5 hari,tergantung dari suhu dan kelembaban. Produk akhir akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan dalam pembuatan ragi tape, dilakukan dengan 2 cara yaitu: cara yang pertama adalah beberapa bumbu yang dihaluskan seperti jahe, bawang putih, kayu manis, lada, cabe rawit sebanyak 5 gram, sedangkan cara yang kedua adalah hanya mencampurkan bawang putih saja. Setelah menginkubasi ragi selama 3 hari dengan suhu rendah 40°C, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

ragi tape dengan cara pertama
Pengenceran (Media NA)
Jumlah Koloni (koloni/ml)
10-4
14
10-5
9

ragi tape dengan cara kedua
Pengenceran (Media NA)
Jumlah Koloni (koloni/ml)
10-4
2 koloni besar
10-5
20




2. ragi tempe
Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat Barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan. Tetapi yang biasa dikenal sebagai tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai (Kasmidjo, 1990). Tahapan proses yang melibatkan jamur dalam pembuatan tempe adalah saat inokulasi atau fermentasi.
Pada praktikum kali juga kami membahas tentang pembuatan ragi tempe, langkah pertama yang diambil adalah mencampurkan beras pada tabung elenmeyer dan menambahkan air 250 ml dengan perbandigan 1:1, dan bahan-bahan yang digunakan haruslah sangat steril dan dengan cara yang benar, karena Apabila proses tidak dilakukan dengan benar, kontaminasi ragi oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan sangat mungkin terjadi. Dan dilakukan juga proses sterilisasi selama 15 menit dengan suhu 121°C, Lalu melakukan proses inkubasi pada suhu 30oC selama 3 hari lalu menaikkan suhu menjadi 40oC selama 3-4 hari sampai inokulum mengering lalu menghancurkan inokulum menggunakan belender. Dan hasil yang didapat setelah 3-4 hari adalah :
hasil inkubasi dengan suhu 40°C selama 4 hari
Warna
Putih kekuningan
Tingkat kekeruhan
++++ (penuh dengan filamentus mold)
Jumlah spora
Tidak terlihat
Aroma
Seperti aroma tape, bau alkohol menyengat
Tekstur
Lunak

hasil setelah pengeringan dan di blender
Warna
Krem
Aroma
Seperti bau brem
Tekstur
Berupa tepung, lembut


kesimpulan :
Penambahan rempah-rempah ke dalam inokulum tape mempengaruhi jumlah koloni yang terbentuk. Inokulum yang hanya diberi penambahan bawang putih mengalami kontaminasi pertumbuhan kapang pada media yang digunakan. Dalam proses pembuatan juga harus diperhatikan kebersihannya dan cara nya juga yang harus benar agar tidak ada mikroorganisme lain yang tumbuh pada media nantinya.


2 komentar:

  1. Merkur Super Platinum - Xn - XLN
    Merkur Super Platinum. The Merkur super platinum is the perfect razor to use in a casual and high-end wet 제왕 카지노 shaving routine. This razor 바카라사이트 features 메리트 카지노 주소 an

    BalasHapus
  2. The Best Online Casino Site | Lucky Club Live
    › › Casino Site › › Casino Site Best Online Casino Site for luckyclub Live Slots, Roulette & Blackjack. Our page will be updated with new casino sites as well as new bonuses and promotions.

    BalasHapus